Menggali Kreatifitas Dengan Menulis


Oleh Hendri Hidayat

Bentuk kreatifitas dan intelektualitas selalu dipandang sebagai dua mata uang yang tidak dapat dipisahkan, esensinya, jati diri dan eksistensi menjadi titik awal sebuah perubahan. Perubahan tersebut mengacu ada pembentukan karakteristik tiap individu.

Dalam ruang lingkup proses pembelajaran, konsep mengenai kreatifitas dan intelektualitas memang diperlukan. Jika dilihat dari segi fungsi dan hakikatnya, konsep tersebut menunjukan adanya suatu pembelajaran yang didasari oleh gagasan, ide, kekuatan berpikir, dan jiwa kreativitas.

Perwujudan konsep tersebut, mungkin akan terwujud dalam dunia tulis menulis, mengapa demikian? Karena sesungguhnya dalam bentuk pembelajaran tersebut, akan digali antara kreativitas tiap individu dan kekuatan intelektalitasnya. Pada kondisi seperti inilah karakteristik seseorang dapat dinilai.


Tulisan dari seseorang akan mencerminkan kepribadian dan jiwa intelektualitasnya. Bahkan dengan menulis kita bisa melihat kemampuan seseorang dalam mengolah bahasa. Dari fenomena tersebut muncul berbagai macam tipe manusia, ada orang yang pandai berbicara, tetapi kurang pandai menulis, atau sebaliknya ada orang pandai menulis tetapi kurang pandai berbicara.

Menjadi penulis profesional?
Ada permasalahan yang cukup mendasar dalam persepsi dunia tulis menulis, orang akan langsung tertarik dunia tersebut, ketika dia melihat orang yang sudah mahir menulis. Sehingga ada satu keinginan yang begitu berlebih dalam mencapai cita-citanya. Banyak orang yang putus ditengah jalan karena mereka tidak mampu menjalani jalan panjang untuk menjadi penulis, bahkan sebagian sudah tidak bersemangat lagi untuk menulis.

Memang dalam menggapai predikat penulis profesional bukan perkara mudah, ada suatu jalan panjang yang dilalui. Jalan panjang tersebut adalah suatu hambatan, dimana setiap hambatan yang kita lalui akan menjadi guru yang paling berharga. Pada kondisi seperti inilah diperlukan jiwa kesabaran dan ketekunan.

Menjadi penulis professional berarti menjadi sebuah tujuan, bukan sebuah keinginan. Tujuan disini berarti ada suatu jalan yang kita lalui, disaat seperti itulah kenikmatan menulis didapatkan. Jalan yang panjang tersebut tidaklah dapat dicapai dengan mudah apabila tidak ada keinginan yang kuat.

Sebetulnya untuk menjadi penulis profesinal, bukan perkara bisa atau tidak, bakat atau tidak bakat, tetapi yang terpenting adalah niat dan dan keinginan. Seperti yang telah saya tulis diatas terkadang niat untuk menjadi penulis akan menjadi barometer keberhasilan. Andaikata pada suatu saat kita mengalami jalan buntu, tetapi karena niat kita benar-benar matang, pasti akan melaluinya.

Niat tanpa dilandasi usaha, sepertinya hanya omongan usang yang tidak perlu didengarkan. Seperti yang tertera dalam agama “Doa dan Ihtiar”. Dimana ada niat, disana ada jalan. Mungkin pepatah tersebut seharusnya diteken kepada para penulis pemula, saya juga tentunya yang masih mencari jati diri dengan menulis.

Pada kondisi seerti inilah, kita sudah seiap bertempur, dengan niat dan usaha sepertinya bukan hal yang tidak mungkin ikita menjadi penulis professional, tetapi bukan hanya jala pintas tetapi memang ada jalan panjang yang harus dilalui.

Bagi penulis pemula seperti saya, terkadang bingung juga, “apa yang harus saya tulis”. Tetapi sebenarnya menjawab pertanyaan ini amatalah mudah untuk dijawab dan bahkan dilakukan. Pertama coba tuliskan apa yang ada dipikiran anda, terserah apa saja. Pada akhirnya anda akan menemukan pokok permasalahan yag anda tulis, dari pokok permasalahan tersebut kembangkan menjadi paragraph pendukung. Kebiasaan saya menulis adalah menulis pikiran pokok dulu untuk setiap paragraph, minimal 12 pikiran pokok, sehingga nantinya akan didapat artikel tulisan yang utuh.

Sebenarnya yang paling mudah untuk menulis, adalah menulis artikel yang sifatnya real time, misalnya menulis artikel yang berkaitan dengan hajat hidup orang banyak, anda hanya perlu menonton TV selama 30 menit, tentunya berita yang harus ditonton. Setelah anda menyaksikan berita, kita tulis kembali dengan bahasa kita sendiri, dengan gaya kita. Pada kondisi seperti inilah kita akan menemukan gaya menulis. Kalau gaya menulis sudah didapat alhasil, arikel sesulit apapaun pasti akan kita kuasai.

Cara lain untuk menumbuhkan jiwa menulis adalah dengan membawa buku catatan kemanapun pergi. Apa yang anda lihat, cobalah tulis, apa yang anda dengar, cobalah anda catat. Konsep seperti ini sangat mungkin membuat anda menjadi penulis yang profeiosnal, karena disinilah anda dituntut untuk peka terhadap lingkungan yang ada. Ingat penulis yang professional dalah penulis yang mampu mendeskripsikan kejadian yang ada dilapangan ke dalam bentuk tulisan.

Membuat media komunikasi
Eksistensi dan penyebaran tulisan dapat dijadikan sebagai acuan untuk menumbuhkan kreatiftas dan eksistensi anda, misalnya cobalah untuk membuat blog. Blog saya sarankan karena pembuatnnya mudah dan tidak memakan banyak biaya dan waktu, tetapi manfaatnya amat besar bagi kuita sendiri.

Blog sebagai media eksistensi adalah sarana untuk menyebarkan tuisan. Jangan sampai bentuk kreatifitas anda dengan menulis hanya diam dan tertutup rapat dalam kertas kerja, kalau sikap seperti itu bagaimana mungkin kita bisa menyebarkan luaskan ide dan gagasan anda.

Ide dan gagasan tersebut sebenarnya untuk memancing reaksi orang lain terhadap tulisan kita. Baaimanapun juga tulisan yang baik adalah tulisan yang menimbulkan reaksi dan tanggapan dari orang lain, percuma saja tulisan yang anda buat tidak menimbulkan apa-apa. Justru penulis profesioanal adalah penulis yang mampu membentuk opini publik.

Saya masih ingat ketika melakukan pelaihan di Unit Pers Mahasiswa ISOLA POS, bahwa tulisan yang baik adalah tulisan yang mampu menimbulkan emosi pembaca, dan bahkan menimbulkan pengalaman baru.

Kalau tidak salah seorang teman saya pernah bertanya, kenapa anda susah-susah membuat blog hanya untuk memampang tulisan saya, kenapa tidak dikirmkan saja ke media masa. Sebenarnya pertanyaan tersebut mudah untuk dijawab, saya membuat blog untuk membuat media sendiri. Seperti punya rumah sendiri di blog kita bisa menulis apapun dan kapanpun anda mau, tanpa ada interferensi dari orang lain.

Kalau pada tahap awal dituntut untuk membawa catatan kecil setiap anda pergi, sekarang kita beralih ke yang lebih bergengsi. Anda dituntut untuk memuat media sendiri, yang namanya media tentu harus dapat menarik orang lain. Tulisan yang kita buat minuimal dapat bermanfaat bagi orang lain. Sekiranya anda sudah mahir dalam menulis dan mengelola blog anda, ada baiknya tulisan yang dibuat coba dikirmkan lewat media masa.

Konsistensi dan rutinitas

Ada permasalahan yang cukup mendasar dalam membetuk karakter seorang menjadi jiwa penulis professional, yaitu bentuk konsistensi dan rutinitas. Percuma saja kita mempunyai rasa niat dan keinginan yang cukup kuat tanpa dibarengi dengan konsistensi dan rutinitas.

Apa hal tersebut perlu? Sangat perlu, karena disilah sebenarnya kita diuji antara menjadi penulis profesioanal atau menjadi penulis pecundang. Jangan sampai menulis itu hanya sebatas keinginan sesaat, dan tidak berkelanjutan. Intinya kita harus mempunyai semacam agenda untuk menulis.

Sebetulnya agenda tersebut tidak mutlak diperlukan, misalnya kita sedang senang menulis opini politik, tapi kita paksakan utuk menulis opini lainnya, maka hal tersebut hanya percuma dilakukan. Dosen saya pernah berkata “ Ketika ide anda masih anda, tetapi anda berhenti menulis maka tulisan anda blong. Sebaliknya ketika ide anda sudah tidak ada, tapi memaksakan menulis, maka tulisan anda bohong.”

Minimal ada bentuk kesungguhan dalam menulis, ingat kita sudah mepunyai blog. Sebisa mungkin ada bentuk konsistensi dalam menulis artikel di blog kita, misalnya harian, atau mingguan.

Bagaimana menumbuhkan konsistensi tersebut? Memang ada anggapan bahwa menulis itu ada masa subur dan tidak subur, menurut pendapat saya ada benarnya juga. Tetapi kalau kita hanya terjebak dalam permainan perasaan, mau kapan majunya. Cara yang efektif untuk menumbuhkan rasa menulis adalah menumbuhkan inspirasi anda, misalnya dengan menonton TV, mendengarkan lagu dll. Ingat penulis yang baik adalah penulis yang peka terhadap lingkungannya.

Siapa penulis pujaan anda
Saya yakin anda bertanya-tanya kenapa harus ada penulis yang dikagumi. Inilah sebenarnya barometer semangat anda. Jangan sampai anda putus di tengah jalan dengan tidak ada inspirasi dan tujuan yang jelas. Dengan menjadikan penulis idola anda, sebenarnya anda akan menemukan gaya menulis, dan konsep dari kepenulisannya. Minimal anda tahu dan menemukan gaya tersendiri dengan mencontoh dan meniru.

Sewaktu mengikuti mata kuliah dasar-dasar Jurnalistik. Dosen saya mengatakan, penulis terkenal sekalipun akan meniru gaya penulis idolanya, tidak ada penulis yang mampu berdiri sendiri. Penyair sekelas Sapardi Djoko Damono, masih dipengaruhi oleh puis-puisi karangan Amir Hamzah.

Pondasi pembelajaran untuk menjadi penulis professional sebenarnya akan dilandasi dari keinginan anda untuk meniru dan mencontoh penulis idola anda, dari mencontoh dan meniru tersebut, suatu saat anda akan menemukan sendiri gaya menulis dan menemukan titik ”enak” dalam menulis.

Oke, penulis idola saya, tentunya penulis yang mampu membangkitakan dan menumbuhkan semangat menulis dalam diri saya sendiri. Maklum saya jebolan anak STM yang tidak tahu dunia tulis menulis. Seperti yang saya jelaskan di awal tulisan, terkadang manusia hanya dibekali satu kemampuan, yaitu kreativitas, mungkin dengan menulis dapat menjadikan saya menjadi orang yang menjunjung tinggi kreativitas dan intelektualitas.

Sosok yang mampu membangkitkan jiwa kepenulisan itu adalah, wartawan senior tempo, Goenawan Muhammad. Saya sering menyebutnya “bang caping”. Karena sebenarnya dialah yang mengisnpirasi saya untuk menulis bahkan membuat blog. Tulisannya dimuat di blog pribadinya, di catatanpinggir.com

Dari mana saya dapat pembelajaran? Saya pernah mengikuti seminar beliau yang diadakan oleh mahasiswa FIKOM UPAD, sungguh merupaka pelajaran yang cukup berharga, dan jujur membaca tulisan beliau, menuntun saya untuk menemukan gaya kepenulisannya. Pada kondisi awal kepenulisan, saya bingung juga “apa yang harus saya tulis”.

Sepertinya saya masih bisa menemukan kata-kata mutiara, bahkan kalimat kunci kepenulisan beliau. Misalnya kalau ingin menulis artikel mengenai politik, saya seperti biasa akan menggunakan lead “Ada permasalaha yang cukup mendasar….”. Memang kekuatan lead yang beliau tulis begitu kuat. Tinggal saya sendiri mengembakan gaya kepenulisa saya.

Ah, sepertinya tidak adil saya hanya bercakap dengan tulisan ini, saya bukan penulis terkenal dan bukan penulis professional. Tetapi otak saya memaksa saya untuk menulis. Ingin rasanya orang mengenal saya dengan tulisan. Mudah-mudahan apa yang saya tulis ini bermanfaat baik bagi diri saya maupun bagi orang lain.

5 komentar:

dede mengatakan...

wah bagus juga tuh tuk ispirasi saya menulis

Fetra mengatakan...

artikel yang berguna nih, mampir di blog ku ya di http://blogfetra.blogspot.com sapa tahu bisa nemuin sesuatu.....keep on blogging!

Imron Rosyidi mengatakan...

pertama kali nulis rasanya kayak orang naik sepeda, mengayuhnya berat banget, sekarang setelah mengelola hampir 15 blog semua postingan bisa update terus...jadi penasaran pengen nerbitin buku nich...bisa gak ya?

henscyber mengatakan...

permsalahan yang dihadapi oleh penulis, bukan masalah bisa atau tidak bisa tetapi masalah niat, buanglah pikiran-pikiran semacam itu kalau kita mau maju. ingat bakat cuma satu persen 99 usaha dan niat

Muhamad Ali Saifudin mengatakan...

Thanks infonya. dari ujung timur pulau jawa

Posting Komentar

Terima kasih sudah bergabung bersama kami. Komunitas Anak Sastra